- March 14, 2019
- Posted by: Achmad Aulia
- Category: Ekonomi, News
Smart Palembang 14 Maret2019 – Tantangan pola suplai energi memiliki karakteristiknya masing-masing, mulai dari jalur yang rawan bencana, masuk ke pelosok, dan jarak yang cukup jauh. Dalam melakukan distribusi energi, armada mobil tanki (MT) pengangkut bahan bakar minyak dan skid tank LPG Pertamina Marketing Operation Region II Sumatera Bagian Selatan juga merasakan tantangan yang sama, bahkan jarak tempuhnya bisa mencapai 700 Kilo Meter lebih untuk perjalanan pulang pergi.
Jarak yang jauh menjadi salah satu alasan awak mobil tanki mengalami kelelahan atau fatigue yang berimbas kepada berkurangnya tingkat konsentrasi sehingga dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. “Sebagai perusahaan energi, bisnis Pertamina memiliki resiko yang tinggi, aspek keselamatan kerja selalu menjadi prioritas kami, salah satunya adalah keselamatan mobil tanki dan awaknya sebagai salah satu moda distribusi energi,” kata General Manager MOR II Sumbagsel, Primarini.
Salah satu peningkatan yang dilakukan adalah dengan menerapkan pola sewa angkutan kepada PT Elnusa Petrofin dan PT Pertamina Patra Niaga. Dari delapan (8) unit Terminal BBM (TBBM) dan Jobber Tanjung Pandan, masing-masing manajemen armadanya sudah dijalankan baik oleh Elnusa Petrofin dan Patra Niaga, untuk Elnusa di TBBM Pangkal Balam, Pulau Baai, Jambi, dan Kertapati, dan Patra Niaga di TBBM Panjang, Baturaja, Lahat, Lubuk Linggau, dan Jobber Tanjung Pandan.
Salah satu peningkatan yang juga dilakukan adalah melalui sistem Online Delivery Information (ODI) yang saat ini sudah diimplementasikan di seluruh TBBM di wilayah Sumbagsel. Sistem memonitor pergerakan mobil tanki ini diperuntukkan untuk pihak SPBU yang menunggu kiriman dari TBBM. Selain itu, terdapat juga Sistem Informasi Operasi dan Distribusi (SIOD) yang diperuntukkan untuk Pertamina dan pengelola mobil tanki.
“Melalui ODI, SPBU dapat monitor dimanakah mobil tanki yang bertugas mengirimkan BBM ke SPBU mereka setiap saat, mulai dari monitor GPS, monitor kecepatan, identitas pengemudi, dan data mobil tanki seperti kapasitas dan plat kendaraan. Untuk SIOD, kami sekaligus melakukan pencatatan jam kerja, mulai hari ini kami menguji coba pembatasan jam kerja selama 12 jam per harinya di TBBM Kertapati dan TBBM Ujung Berung Bandung. Ini adalah bentuk kepedulian dan prioritas kami terhadap keselamatan kerja, Zero Fatality harus bisa dicapai,” tambah Primarini.
Di dalam ODI, Pertamina juga mengenalkan fitur Transport Loss yang saat ini dalam operasionalnya baru dilakukan di TBBM Panjang, Lampung dan TBBM Pulau Baai, Bengkulu.
“Transport Loss ini berfungsi untuk memonitor bahan bakar yang diangkut oleh mobil tanki. Melalui sistem ini kami memastikan pelayanan terbaik, service excellent jumlah bahan bakar yang disalurkan sesuai dengan yang diterima,” tutup Primarini.