Sinergi Pertamina dan Transportir Lanjutkan Budaya K3 untuk Kelangsungan Bisnis Energi di Sumbagsel

Smart Palembang – Sifat pekerjaan yang beresiko tinggi, sudah menjadi bagian dari perusahaan energi. Bagi Pertamina, Kesehatan dan Keselatan Kerja (K3) serta aspek-aspek Health, Safety, Security, and Environment (HSSE) sudah menjadi budaya yang diprioritaskan, dan juga selalu dilakukan penyegaran untuk memastikan budaya itu tetap dijalankan.

Memasuki Bulan K3, Pertamina Marketing Operation Region II Sumbagsel kembali melakukan berbagai kegiatan untuk mengevaluasi kejadian yang terjadi di tahun 2018 dan juga memastikan kejadian itu tidak terjadi di kemudian hari. Dengan tema Bulan K3 PT Pertamina (Persero)Wujudkan HSSE Beyond Culture untuk Business Sustainibility, rangkaian kegiatan di MOR II Sumbagsel dari hari ini hingga penutupan 8 Februari  dipastikan untuk mengingatkan kembali HSSE adalah budaya.

Membuka acara ini, Pjs. General Manager MOR II Sumbagsel, Aji Anom memastikan bahwa budaya HSSE adalah kunci tercapainya keberhasilan bisnis. “Aspek HSSE menjadi fokus dan prioritas utama seluruh insan Pertamina, menjadi pondasi untuk menjadi perusahaan energy kelas dunia serta kunci mewujudkan kemandirian energy nasional. Zero Fatality harus bias dicapai,” katanya.

Rangkaian kegiatan Bulan K3 di MOR II Sumbagsel dibuka dengan awareness bagi transporter dalam masalah keselamatan transportasi darat. Menurut Hendrix Eko Vebriono, HSSE Manager Region II Sumbagsel, transportasi darat yakni mobil tanki menjadi moda transportasi utama dalambisnis Pertamina untuk mengirimkan energy bagi masyarakat, hingga kepelosok negeri.

“Ada 11 Corporate Life Saving Rules di Pertamina sebagai bentuk implementasi budaya HSSE, saat ini ditambahkan satu (1) jadi 11 + 1, yakni safety driving. Berdasarkan pengalaman kami, kecelakaan lalu lintas bias sangat merugikan, dan kami ingin memastikan insiden terkait lakalantas bias terus diminimalisir, dan kami merangkul para transporter untuk mewujudkan hal tersebut,” kata Hendrix.

Materi penyegaran tentang keselamatan transportasi darat ini di isi salah satunya oleh Berno Syamsul, HSSE PT Pertamina (Persero) di bidang safety Management. Menurut Berno, insiden terkait lakalantas mobil tanki mayoritas disebabkan oleh faktor manusia, baru disusul oleh faktor eksternal dan faktor teknis.

“Perilaku saat mengemudi, kelelahan, dan kompetensi pengemudi itu sendiri biasanya penyebab utama lakalantas mobil tanki. Karenanya, kita bersama-sama dengan transporter harus terus mengevaluasi dan melakukan penyegaran berkala memastikan budaya HSSE juga tertanam di masing-masing awak mobil tanki (AMT),” jelas Berno.

Selain itu, Berno juga terus mengingatkan perusahaan transporter untuk mengawasi baik AMT maupun kendaraannya. Pengawasan yang baik menurutnya akan meminimalisir insiden karena sifatnya dapat mencegah. “Jangan diawasi dan dievaluasi setelah terjadi insiden, tapi berkala,” tambahnya.

Salah satu transportir di wilayah Lampung, Ujang, juga mengikuti kegiatan awareness ini. Baginya, kegiatan seperti ini dapat mempererat budaya HSSE Pertamina dengan transporter sehingga akan tercipta sinergi yang makin baik.

“Selama ini Pertamina memang mewajibkan aturan K3 yang ketat, dan kami mengerti bahwa itu demi keselamatan bersama. Dengan kegiatan seperti ini, kami bias melihat penyebab besar lakalantas, dan dengannya kami bias evaluasi, membuat inovasi, dan bahu membahu untuk selalu mengingatkan pentingnya HSSE dalam bekerja,” pungkasUjang.



Leave a Reply