- July 12, 2024
- Posted by: Bayu Prabowo
- Category: Artikel
Smart Palembang – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Selatan dan Bangka Belitung (OJK Sumsel Babel) mencatat kinerja Industri Jasa Keuangan (IJK) wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) per triwulan II tercatat tumbuh positif, stabil, dan terjaga.
Kondisi sektor jasa keuangan Sumbagsel yang stabil dan resilien tercermin dari pertumbuhan sektor perbankan, pasar modal, dan industri keuangan nonbank, didukung dengan peningkatan edukasi dan perlindungan konsumen.
Perkembangan Perbankan
Per Mei 2024, kinerja Perbankan di wilayah Sumbagsel mengalami pertumbuhan cukup baik, tercermin dari peningkatan aset sebesar 5,20 persen (yoy) sebesar Rp324,21 triliun. Fungsi intermediasi Perbankan juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, tercermin dari meningkatnya total penyaluran kredit/ pembiayaan berdasarkan lokasi Bank sebesar 7,76 persen (yoy) menjadi Rp287,94 triliun, yang didominasi oleh porsi Kredit Konsumtif sebesar 42,76 persen, dengan kualitas kredit bermasalah (NPL Net) yang masih terjaga di level 1,06 persen. Dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga terjadi peningkatan 1,29 persen (yoy) menjadi Rp259 triliun dengan dominasi porsi dana Tabungan sebesar 52,97 persen.
Kredit/pembiayaan posisi Mei 2024 didominasi oleh Sektor Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan sebesar Rp55,12 triliun meningkat 6,48 persen (yoy) dengan market share 10,60 persen dari kredit/pembiayaan nasional pada sektor yang sama. Namun pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor ekonomi Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi yakni meningkat 27,06 persen menjadi Rp5,73 triliun.
Selanjutnya, dalam mendukung permodalan UMKM, shared penyaluran kredit/pembiayaan kepada UMKM mencapai Rp116,57 triliun atau 40,48 persen dari total penyaluran kredit di Sumbagsel, tumbuh 10,98 persen (yoy) dan di atas target minimal porsi penyaluran kredit/pembiayaan UMKM.
Perkembangan Pasar Modal
Per April 2024, tercatat sebanyak 888.871 investor di wilayah Sumbagsel meningkat 20,38 persen (yoy). Komposisi SID tersebut didominasi pada penggunaan instrumen reksa dana sebanyak 68,17 persen, dengan sebaran investor terbanyak di Sumatera Selatan (38,23 persen) diikuti Lampung (34,38 persen) dan Jambi (13,80 persen).
Seiring dengan peningkatan kinerja pasar saham nasional, rata-rata nilai transaksi saham di Sumbagsel pada bulan April 2024 tumbuh menjadi Rp9,53 triliun, meningkat 33,67 persen (yoy). Begitupun dengan rata-rata nilai penjualan reksa dana yang turut mengalami peningkatan secara nasional, penjualan reksa dana di Sumbagsel per Maret 2024 tercatat tumbuh menjadi Rp443 miliar, mengalami peningkatan sebesar 107 persen (yoy).
Perkembangan Sektor IKNB
Pada sektor IKNB posisi Maret 2024, nilai piutang pembiayaan di Sumbagsel mencapai Rp41,38 triliun, meningkat 3,77 persen (yoy), dan dari sisi jumlah kontrak mengalami peningkatan 0,99 persen menjadi 6,03 juta unit. Adapun rasio Non Performing Financing (NPF) di wilayah Sumbagsel masih terjaga pada range angka terendah 2,45 persen di provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan angka tertinggi 3,20 persen di provinsi Jambi. Jenis pembiayaan yang disalurkan didominasi oleh Pembiayaan Multi Guna, disusul Pembiayaan Investasi, dan Pembiayaan Modal Kerja.
Pendapatan premi sektor asuransi jiwa di Sumbagsel selama periode triwulan 1 2024 mengalami penurunan sebesar Rp0,05 triliun atau 5,41 persen (yoy). Penurunan tersebut juga berbanding terbalik dengan peningkatan nilai klaim yang mencapai Rp0,04 triliun atau 4,92 persen (yoy). Sejalan dengan asuransi jiwa, di sektor asuransi umum juga mengalami penurunan akumulasi premi sebesar Rp0,11 triliun atau 10,26 persen (yoy) dengan nilai klaim yang juga menurun sebesar Rp0,11 triliun atau 32,89 persen (yoy).
Dalam tiga tahun terakhir terjadi peningkatan pada aktivitas financial technology baik dari sisi lender ataupun borrower. Hal ini tercermin dari peningkatan jumlah rekening lender sebesar 141,55 persen (yoy) menjadi 116,21 ribu rekening dan peningkatan jumlah rekening borrower sebesar 20,69 persen (yoy) menjadi 5,40 juta rekening pada April 2024.
Sejalan dengan peningkatan jumlah rekening lender dan borrower tersebut, tercatat pula peningkatan akumulasi penyaluran pinjaman kepada borrower sebesar 50,25 persen (yoy) menjadi Rp35,78 triliun, dan peningkatan akumulasi dana yang diberikan oleh lender sebesar 24,18 persen (yoy) menjadi Rp3,96 triliun, dengan outstanding pinjaman per April 2024 sebesar
Rp3,36 triliun.
Perkembangan Edukasi dan Pelindungan Konsumen
Berdasarkan data Aplikasi Portal Pelindungan Konsumen (APPK) per 30 Juni 2024, OJK telah menerima 767 pengaduan dari masyarakat di wilayah Sumbagsel, yang didominasi permasalahan di sektor Industri Keuangan Non Bank sebesar 57,63 persen. Atas pengaduan tersebut, OJK terus mendorong penyelesaian pengaduan, baik yang berindikasi sengketa maupun yang tergolong indikasi pelanggaran, dengan tingkat penyelesaian mencapai 86,96 persen, termasuk 4,65 persen penyelesaian melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS).
Adapun yang menjadi pokok permasalahan utama yang dikeluhkan konsumen adalah mengenai Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK), restrukturisasi, dan perilaku petugas penagihan, dengan produk layanan jasa keuangan yang digunakan terkait fasilitas kredit multiguna dan fintech pinjaman online multiguna.
Di sisi pemberantasan aktivitas keuangan ilegal, OJK bersama 15 Kementerian/ Lembaga lainnya dalam forum Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal (SATGAS PASTI) meningkatkan koordinasi dalam penanganan investasi dan pinjaman online (pinjol) ilegal, termasuk dalam kegiatan pencegahan melalui kegiatan edukasi secara masif. Di wilayah Sumbagsel, per Juni 2024, terdapat 1.398 layanan konsumen terkait aktivitas keuangan ilegal, didominasi keluhan terkait pinjol ilegal 94,49 persen, social enginering 3,79 persen, dan investasi ilegal 1,72 persen. Untuk pinjol ilegal, pokok permasalahan yang mendominasi adalah Perilaku Petugas Penagihan (61,56 persen), sedangkan pada aktivitas investasi ilegal permasalahan yang mendominasi adalah Fraud Eksternal yang disebabkan penipuan, pembobolan rekening, skimming, atau cyber crime (54,17 persen). Adapun masyarakat yang paling banyak menyampaikan informasi terkait aktivitas pinjol ilegal adalah masyarakat Lampung, sedangkan informasi terkait investasi ilegal dan social engineering adalah masyarakat Sumatera Selatan.
Untuk mendorong pemerataan literasi dan inklusi keuangan, per Juni 2024 telah dilaksanakan 153 kegiatan edukasi keuangan yang menjangkau 32.742 orang peserta, dengan sasaran peserta didominasi Pelajar/Mahasiswa, Masyarakat Umum, dan Komunitas. Kegiatan ini bersinergi juga dengan Kementerian/ Lembaga, Pemerintah Daerah, Lembaga Jasa Keuangan, dan stakeholder lainnya melalui peran Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) sebagai forum koordinasi akselerasi perluasan akses keuangan untuk menunjang pemerataan literasi dan inklusi keuangan nasional.
Adapun untuk mendorong percepatan akses keuangan di daerah, selain kampanye Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dan Berwisata di Indonesia (Gernas BBI/BBWI) di Sumatera Selatan yang telah dilaksanakan harvestingnya pada bulan Mei lalu, masih terdapat beberapa program kerja kemitraan strategis yang akan direalisasikan pada semester II tahun 2024 ini di wilayah Sumbagsel antara lain, pengembangan ekosistem keuangan inklusif (EKI) di pedesaan, bussiness matching khususnya di sektor prioritas seperti Kopi, Sawit, Pisang, dan produk lainnya, serta program akselerasi keuangan khususnya kepada disabilitas.