- March 5, 2019
- Posted by: Fernando Oktareza
- Category: Budaya, Edukasi, News
Smart Palembang – Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru (HD) menghimbau kepada seluruh organisasi-organisasi pers untuk saling mendukung dan dapat menyamakan visi-misi dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan semakin beragamnya organisasi-organisasi pers yang lahir saat ini.
HD menjelaskan saat ini juga banyak organisasi-organisasi pers yang mirip dengan organisasi PWI (Persatuan Wartawan Indonesia).
“Saya tahu sekarang ini organisasi-organisasi yang mirip dengan PWI ini banyak. Hal ini dikarenakan anggotanya yang over left dengan PWI,” kata HD saat memberikan kata sambutan dalam acara Pelantikan Pengurus PWI Sumsel Periode 2019-2024, Selasa (05/03).
Untuk itu, HD menghimbau, agar adanya gerakan untuk merangkul seluruh organisasi pers tersebut dengan menggabungkannya dalam satu kantor demi terwujudnya satu visi yang sama dalam mengedukasi masyarakat.
“Saya berharap justru akan ada gerakan untuk merangkul ini. Kalau bisa kantor PWI bergabung dengan aliansi atau organisasi yang serupa, agar ada satu visi yang sama guna mendapatkan berita sebanyak-banyaknya sehingga dapat menginformasikan masyarakat dan mengedukasi masyaratakat,” ujarnya.
Selain itu, HD juga menyampaikan bahwa media konvensional juga harus dapat menjaga keutuhan bangsa ditengah cepatnya lalu lintas informasi di berbagai media digital seperti media sosial yang dinilai berpotensi menebar kebencian dan berita bohong (hoax).
“Bahwa ada yang mesti dijaga juga yakni keutuhan, karena kita sadar itulah cikal bakal lahirnya UU ITE. Untuk itu jangan pernah kita samakan profesi wartawan dengan operator media sosial. Dimana kalau buat portal online, hari ini kalau saya tidak suka dengan seseorang, saya akan buat portal online sendiri, maka untuk itu diperlukannya aturan-aturan untuk mengatur dalam hal ini,” jelasnya.
Menurutnya, saat ini bentuk ancaman dan tantangan yang dihadapi pers sangat dinamis sehingga diharapkan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) mampu merangkul media konvensial tersebut untuk menyamakan persepsi bahwa pers bekerja sesuai dengan amanat undang undang dan kode etik.
“Karena ancamannya dinamis, kalau dulu ancamannya masalah distribusi yaitu ketika infrastukutur belum baik, untuk membaca koran harian pusat disebuah kabupaten saja harus menunggu dua hari untuk mendapatkannya. Namun sekarang ancamannya beda lagi, ketika distribusi sudah baik, koran belum dicetak tapi beritanya sudah tersebar di handphone, apalagi informasi buruk yang cepat sekali terekspos. Untuk itu, dibutuhkan persamaan persepsi bagi seluruh insan wartawan agar dapat menjaga keutuhan,” tutupnya.